Tuesday, June 28, 2016

Karen Rose: Silent Scream (Perangkap Kebencian)

 

Judul: Silent Scream (Perangkap Kebencian)

Genre: Romantic Suspense
Pengarang: Karen Rose
Penerbit Hak Cipta: Grand Central Publishing, New York
Penerbit Terjemahan: Dastan Books, Jakarta
Penerjemah: R. Tantie Kustiantie
Penyunting: Dimas Uki Gemawan
Tahun Penerbitan Hak Cipta: 2010
Tahun Penerbitan Terjemahan: 2011
Halaman:588
Ukuran Buku: 12,5 x 19 cm
ISBN: 978-602-9267-17-4

Rating: 3 (bagus, cukup menghibur)

"Dan aku menginginkanmu lebih dari keinginanku untuk bernafas"

Sinopsis:


Seorang gadis remaja tewas terperangkap di dalam sebuah kondominium yang terbakar. Seorang petugas keamanan juga tewas tertembak di luar bangunan tersebut. Detektif Olivia Shutherland yang belum pulih dari trauma yang dialaminya karena kasus sebelumnya, ditugaskan untuk mengusut pembunuhan tersebut. Keadaan bertambah buruk bagi Olivia karena ia harus bekerja sama dengan pria yang pernah melukai hatinya dua setengah tahun yang lalu. 

David Hunter pindah ke Minneapolis, kota tempat tinggal Olivia, untuk menjalin kembali hubungan dengan teman lamanya. Ia juga ingin kembali menjalin hubungan dengan Olivia, karena ingin mendapatkan jawaban mengapa Olivia meninggalkannya tanpa kata-kata. 

Bekerja bersama-sama dalam kasus pembakaran tersebut membuat Olivia dan David mulai saling terbuka. Selama ini Olivia berusaha tidak memikirkan tentang David. Olivia mengakui bahwa ia masih melihat David sebagai pria yang menarik. Sementara David rela melakukan apa pun asal Olivia mau memberinya kesempatan sekali lagi. Namun, saat hubungan mereka mulai pulih, bahaya mengancam orang-orang terdekat mereka. Sanggupkah David dan Olivia mengesampingkan persoalan mereka untuk menyelamatkan nyawa orang-orang yang tidak berdosa? Mampukah mereka mempercayai satu sama lain saat nyawa mereka menjadi taruhannya?  

Reviu:


Setiap membaca karya Karen Rose, sang ratu romantic suspense, muncul campuran perasaan tegang dan rileks sekaligus. Tegang karena suspensenya, dan rileks karena romanticnya. Cerita detektif yang dibangun penuh dengan kejutan kecil yang menghibur. Sedangkan romansa yang dikemas hampir mirip dengan gaya roman Catherine Anderson. Sebagai bonus, hampir semua novel Karen Rose mempunyai tokoh yang saling berhubungan, lagi-lagi mirip dengan gaya Harlan Cohen. Meski "mirip-mirip", ketiganya mempunyai ciri khas yang menguatkan masing-masing sebagai novelis handal. 

Plot Silent Scream bukan jenis jalan cerita novel detektif kacangan. Memang tidak ada misteri yang disembunyikan, kejutannya pun bukan kejutan drastis yang mengubah sudut pandang saya, tetapi ada sesuatu dalam jalan ceritanya yang mengasyikkan. Saya tidak diajak terburu-buru untuk membaca, saya bisa menikmati setiap kata, saya bisa membayangkan setiap adegan. Apalagi adegan percintaan antara Olivia dan David. Romantis tetapi tidak klise. Tidak sabar membaca novel keren Karen Rose yang lain.


Tentang Penulis:


Karen Rose adalah mantan guru kimia dan fisika di SMA. Ia mendapatkan gelar sarjana teknik kimia dari Univeritas Maryland. Novel ketiganya, I'm Wathing You, menerima penghargaan RITA untuk kategori Best Romantic Suspense tahun 2005. Di tahun yang sama, novel keduanya, Have You Seen Her?, juga menjadi salah satu finalis. Novel keempatnya, Nothing To Fear, menjadi finalis RITA di tahun 2006 dan dinominasikan sebagai Best Suspense oleh Romantic Times Magazine dan Best Fiction oleh SIBA Book Award. Karen kini tinggal di Florida bersama suaminya dan anak mereka. Ketika sedang tidak menulis, ia gemar melakukan travelling, karate, dan bermain ski. 

Bibliography:


I'm Watching You
Have You Seen Her
Nothing To Fear
Don't Tell
You Can't Hide
Count To Ten
Silent Scream; (Perangkap Kebencian; 2010
Kill For Me (Daniel Varnatian Series)
Die For Me (Daniel Varnatian Series)
Scream For Me (Daniel Varnatian Series)



Friday, June 17, 2016

Luis Miguel Rocha: The Last Pope (Paus Terakhir)

 

Judul: The Last Pope (Paus Terakhir)

Genre: Fiksi Sejarah
Pengarang: Luis Miguel Rocha
Penerbit Hak Cipta: -
Penerbit Terjemahan: PT. Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Fahmy Yamani
Penyunting: -
Tahun Penerbitan Hak Cipta: 2006
Tahun Penerbitan Terjemahan: 2011
Halaman:352
Ukuran Buku: 13 x 20 cm
ISBN: 978-979-22-7275-8

Rating: 3 (bagus, cukup menghibur)

"Semoga Tuhan mengampuni Anda atas apa yang telah Anda lakukan kepada saya (Albino Luciani kepada para kardinal yang memilihnya sebagai Paus pada tanggal 26 Agustus 1978"

Sinopsis:


Vatikan, 1978: Pada tanggal 29 September, dunia dikejutkan kematian mendadak Paus Yohanes Paulus I, yang baru ditasbihkan 33 hari sebelumnya. Pengumuman resmi Vatikan: Bapa Suci wafat karena sebab-sebab yang tak diketahui, "kemungkinan bekaitan dengan serangan jantung". Jasad Paus dibalsem sebelum kurun waktu 24 jam usai, mencegah kemungkinan untuk autopsi.

London, 2006: Jurnalis Sarah Monteiro kembali dari liburan dan menemukan amplop misterius di kotak posnya. Di dalamnya terdapat daftar nama dan pesan bersandi. Pada mulanya Sarah hanya kebingungan, tapi saat penyusup mendobrak masuk rumahnya, dia tahu daftar itu dapat mengancam nyawanya.

Tersedot ke dalam pusaran penuh tipuan, Sarah menyadari isi amplop itu adalah kunci yang dapat mengungkap korupsi yang tak pernah terbayangkan--plot yang menghancurkan bukan hanya penjahat licik dan politisi busuk, melainkan juga para pejabat Gereja, dan bahkan mungkin keluarganya sendiri. Amplop tersebut memunculkan pertanyaan: Apa yang sebenarnya terjadi selama masa jabatan Yohanes Paulus I yang amat singkat? Rencana apa yang digagalkan pada malam bulan September 1978 itu? Siapa yang mendapat keuntungan atas kematian Paus?  

Reviu:


Saya adalah penggemar berat fiksi sejarah. Apalagi jika sejarah itu melibatkan bangunan ikonik atau karya seni lukisan kaliber dunia, misalnya kisah The Girl With The Pearl Earings-nya Tracy Chevalier yang berlatar belakang lukisan terkenal milik Johannes Vermeer. Perasaan ini juga yang saya alami ketika membaca The Last Pope.  Luis Miguel Rocha dengan cerdas meramu fakta sejarah dengan kisah fiksi yang memikat. 

Dengan alur yang melompat-lompat antara kurun waktu akhir 1970-an sampai dengan 2006, Luis Miguel Rocha mampu membangun rasa penasaran dan merangsang otak saya untuk terus berpikir sampai akhir novel. Bagi penggemar teori konspirasi, penggabungan antara fakta dan fiksi bagaikan cahaya lilin yang menyalakan imajinasi liar. Apalagi kisah yang berbalut dogma religius, benar-benar vitamin otak!

Namun sayangnya menjelang akhir cerita terdapat beberapa jalinan yang saya rasa hilang. Ada part-part yang jadi tidak masuk akal. Misalnya saat  tiba-tiba Natalie (teman Sarah) menelepon J.C. tanpa ada penjelasan yang memuaskan. Ini yang mengurangi klimaks cerita bagi saya

Tentang Penulis:


Luis Miguel Rocha adalah penulis, produser, dan penulis skenario berkebangsaan Portugal yang lahir pada 1976 di Porto. 

Bibliography:


The Last Pope; (Paus Terakhir); 2006
The Holy Bullet; 2007



Dapatkan penawaran menarik untuk The Last Pope di sini