Thursday, December 29, 2016

George R.R. Martin: A Clash Of Kings (Peperangan Raja-Raja)

 

Judul: A Clash Of Kings (Peperangan Raja-Raja)

Genre: Fiksi Fantasi
Pengarang: George R.R. Martin
Penerbit Hak Cipta:(tidak tercantum)
Penerbit Terjemahan: Fantasious, PT. Ufuk Publishing House
Penerjemah: Barokah Ruziati & Angelic Zaizai
Penyunting: Mery Riansyah
Tahun Penerbitan Hak Cipta:1999
Tahun Penerbitan Terjemahan:2015
Halaman:1200
Ukuran Buku: 13 x 20,5 cm
ISBN: 978-602-72989-3-4

Rating: 4 (wajib dikoleksi!)

"---tapi dunia memilih untuk lupa bahwa orang-orang yang tahu cara menyembuhkan juga tahu cara membunuh"

Sinopsis:


Sebuah komet yang menyala semerah darah menggores cakrawala. Dari Citadel kuno tempat para maester tinggal hingga ke tepi daerah terlarang Winterfell, huru-hara merajalela. Enam faksi berusaha menguasai negeri yang terpecah belah dan Takhta Besi dari Tujuh kerajaan, berjuang sampai tetes darah penghabisan. 
Inilah kisah ketika adik berkomplot melawan kakak, ketika sihir menguasai akal sehat manusia, ketika mayat hidup berjalan pada tengah malam, serta orang-orang liar turun dari Pegunungan Bulan untuk memorak-porandakan desa-desa.
Walaupun pembnuhan antar saudara kandung, ramuan alkimia, serta pembantaian dianggap melawan kehendak dewa, siapa pun yang menjadi pemenang pastilah mereka yang memiliki baja-baja terdingin... juga hati terdingin. 

 

Reviu:

Berbeda dengan  A Game Of Thrones, A Clash Of Kings menyajikan cerita yang lebih detail dari segi penggambaran karakter. Walaupun lebih mendebarkan buku pertamanya menurut saya. Dari segi penuturan, George Martin percaya bahwa lebih banyak detail, lebih banyak pula iblisnya. Daya imajinasi Martin yang WOW memungkinkan dia untuk mengklaim bahwa dialah Raja Westeros yang sesungguhnya.

Ada perkembangan dari cetakan buku pertama: sudah terdapat peta Westeros pada buku ini! Namun bagaimana dengan daerah-daerah lainnya? dan saya harus gogling lagi untuk membayangkan lokasi-lokasi yang disebutkan. Hasil gogling sesuai dengan yang saya harapkan. Namun dari googling pula saya banyak melihat perbedaan versi cetak dan versi serial televisinya. Begitu banyak improvisasi cerita yang muncul di serial layar kacanya (atau layar LCD? layar LED? layar plasma?). Tetapi gatal rasanya jika tidak sekalian tidak googling pemeran Margaery atau Loras atau Gendry hehe. 

Karakter-karakter di sini digambarkan sama kuatnya dengan seri A Game Of Thrones. Kalau sebelumnya digambarkan beberapa karakter utama tambahan (bukan penutur) seperti  Cersei Lannister dan Robb Stark, kali ini ada lebih banyak detail karakter selain penutur seperti Yoren dan Asha. Selain itu terdapat juga penutur tambahan yang menguatkan jalan cerita seperti Davos Seaworth dan Theon Greyjoy. Penutur di sini adalah tokoh utama dalam satu bab cerita diantaranya Jon Snow, Daenerys Stormborn, Catelyn Stark, Sansa Stark, Arya Stark, Bran Stark, dan Tyrion Lanister 

Minusnya, ada beberapa bagian yang sampai akhir pun saya tidak mengerti. Mengapa hal itu perlu ada atau apakah berpengaruh terhadap keseluruhan jalan cerita seperti saat Daenerys pergi ke Rumah Kaum Abadi. Memang ada kisah-kisah magis yang dibawa dan dipraktikkan Melisandre si Perempuan Merah, saya bisa menerima itu. Tapi penting gak sih urusan Daenerys dengan Pyat Pree di Rumah Kaum Abadi?

  
Pelajarannya adalah manusia itu punya sifat dasar berpolitis, punya kebutuhan akan kekuasaan yang sebenarnya bermuara pada pemenuhan kebutuhan ekonomi, keinginan untuk dihargai, dan aktualisasi diri. Perang adalah satu peristiwa purba yang telah terjadi selam ribuan tahun bahkan hingga saat ini. Semua orang akan terkena dampak dari sebuah peperangan, sebagaimana kata Yoren "Serigala yang perlu kita takuti hanyalah mereka yang berkulit manusia". Ada pula filsafat Tyrion "Barangkali itu rahasianya. Bukan apa yang kita lakukan, tapi mengapa kita melakukannya". Atau pendapat Catelyn "Cobaan esok hari lebih penting daripada kemenangan hari kemarin". Meski digambarkan sebagai wanita yang kuat, Catelyn juga menunjukkan nestapa hatinya lewat kalimat "Aku menjadi perempuan getir. Aku tak bahagia dengan makanan dan minuman, lagu dan tawa menjadi asing bagiku. Aku makhluk nestapa, debu, dan kerinduan pahit. Ada ruang kosong di dalam diriku tempat jantungku dulu berada". Selain itu yang membuat kisah ini begitu hangat adalah benih cinta terpendan antara Sansa Stark dan Sandor Clegane serta antara Daenerys Stormborn dan Ser Jorah Mormont. Tidak ada kisah yang menggetarkan jiwa selain kasih tak tersampaikan dan mencintai tanpa syarat cieee... 

Akhirnya saya bertanya-tanya, sekuel berikutnya judulnya apa sih? 

 

Tentang Penulis:


George R.R. Martin menjual kisah pertamanya pada tahun 1971 dan tidak pernah berhenti. Sebagai penulis/produser, dia mengerjakan The Twillight Zone, Beauty and the Beast, dan berbagai film panjang serta episode pertama dari serial yang tak pernah dibuat. Pada Pertengahan 90-an dia kembali ke prosa dan mulai menggarap A Song of Ice and Fire. Sejak itu dia selalu berada di Tujuh Kerajaan. Dia tinggal di Santa Fe, New mexico, bersama Parris yang cantik. 

Bibliography:


A Song For Lya and Other Stories, 1976
Dying of the Light, 1977 
Sandkings, 1979
The Ice Dragon, 1980 
Windhaven, 1981
Fevre Dream, 1982 
The Armageddon Rag, 1983
Nightflyers, 1985 
Tuf Voyaging, 1986
Wild Cards, 1987 
Jokers Wild, 1987
Aces Abroad, 1988 
Dark Visions (with Stephen Kings & Dan Simmon), 1989
The Pear-Shapped Man, 1991 
A Game of Thrones, 1996
The Hedge Knight, 1998
A Clash of Kings, 1998
Legends, 1998
A Storm of Sword, 2000
Dreamsong: A Retrospective, 2003
The Sworn Swords, 2003
In the House of the Worm, 2005
A Feast For Crows, 2005
The Glass Flowers, 2005
Hunter's run, 2007
A Dance With Dragons, 2011
The Princess and the Queen, 2013
The Wit & Wisdom of Tyrion Lannister, 2013
Rogues, 2014
The Rogue Price, 2014
The World of Ice and Fire, 2014
A Knight of the Seven Kingdoms, 2015
The Wind of Winter
A Dream of Song 
    



Dapatkan penawaran menarik untuk A Clash Of Kings di sini

No comments:

Post a Comment